SAYYIDI AHMAD AL-RIFA'I
Jumat, 12 September 2014
0
komentar
Ketinggian
dan Kehalusan Budi Pekerti Aulia’illah Sayyidi Ahmad Al Rifa’i
dilahirkan pada tahun 500 Hijriah. Pertama kali beliau belajar Ilmu
Fiqih Mazhab Syafi’i dengan mempelajari Kitab Al-Tanbih, akan tetapi
beliau lebih cenderung kepada ilmu tasawuf. Beliau terkenal sebagi
rujukan pimpinan ilmu thoriqoh, karena memiliki ilmu haqiqat yang tinggi
dan sebagai wali qutub yang agung dan masyhur di zaman sesudah syeikh
Abdul Qodir al Jailany ra. Beliau sangat terkenal dan memiliki pengikut
yang banyak. Para pengikutnya terkenal dengan sebutan "Al-Thoifah
Al-Rifa'iyah". Dalam kitab Tobaqot diterangkan, pada saat mengajar
syeikh Ahmad Rifa’i tidak mau sambil berdiri. Orang-orang yang
tinggalnya jauh bisa mendengar apa yang disampaikan beliau sama seperti
orang yang dekat dengan tempat pengajian. Sehingga penduduk disekitar
desa Ummi Abidah banyak yang keluar dari rumahnya untuk mendengarkan apa
yang disampaikan oleh syeikh Ahmad Rifa’i ini. Bahkan orang yang
tadinya tuli jika mau hadir mengaji oleh Allah, dibukakan pendengarannya
sehingga bisa mendengar apa yang disabdakan oleh syeikh Ahmad Rifa’i.
Para guru thoriqoh banyak yang hadir untuk mendengarkan sabda-sabda dari
Syeikh Ahmad Al Rifa’i dengan menggelar sajadah sebagai tempat duduk.
Setelah syeikh Ahmad selesai memberi pelajaran, mereka pulang sambil
menempelkan sajadah kedadanya masing-masing, sehingga sesampai di rumah
mereka bisa menjelaskan kepada para muridnya. Banyak hal aneh yang
sering terjadi pada diri murid Syeikh Ahmad Rifa’i seperti, mereka dapat
masuk ke dalam api yang sedang menyala. Mereka juga dapat menjinakkan
binatang buas, seperti harimau di mana hewan ini akan menuruti apa yang
mereka katakan. Sehingga harimau ini dapat dijadikan kendaraan oleh
mereka. Banyak lagi keajaiban-keajaiban lain yang ada pada mereka.
Ketika pertama kali Sayyidi Ahmad bertemu dengan seorang Wali bernama
Syeikh Abdul Malik Al-Khonubi. Syeikh ini memberinya pelajaran berupa
sindiran tetapi sangat berkesan buat Syeikh Ahmad Al Rifa’i. Sindiran
itu berbunyi ; Orang yang berpaling dia tiada sampai. Orang yang
ragu-ragu tidak dapat kemenangan. Barangsiapa tidak mengetahui waktunya
kurang, maka semua waktunya telah kurang. Setahun lamanya Sayyidi Ahmad
Al-Rifa'i mengulang-ulang perkataan ini. Setelah setahun dia datang
kembali menemui Syeikh Abdul Malik Al-Khonubi. Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i
minta wasiat lagi, maka berkata Syeikh Abdul Malik; Sangatlah keji
kejahilan bagi orang-orang yang mempunyai Akal; Sangatlah keji penyakit
pada sisi semua doktor; Sangatlah keji sekalian kekasih yang
meninggalkan Wusul (sampai kepada Allah). Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i
mengulang-ulang pula perkatan itu selama setahun dan beliau banyak
mendapat manfaat dari perkataan itu karena perkataan itu diresapi,
dihayati dan diamalkan. Salah satu dari sekian budi pekerti Syeikh Ahmad
Al Rifa’i yang mulia ialah beliau seringkali membawa serta membersihkan
pakaian orang-orang yang berpenyakit kusta dan beberapa penyakit yang
sangat menjijikkan menurut pandangan umum. Dipeliharanya orang-orang
yang sedang sakit itu; diantarkan makanan untuk mereka dan beliau juga
turut makan bersama-sama dengan orang-orang sakit itu tanpa ada rasa
jijik. Kalau Syeikh Ahmad Al Rifa’i datang dari perjalanan, apabila
telah dekat dengan kampung halamannya maka dipungutnya kayu bakar,
setelah itu dibagi-bagikan kepada orang-orang sakit, orang buta,
orang-orang jompo atau orang tua yang membutuhkan pertolongan. Syeikh
Ahmad berkata : “Mendatangi orang-orang yang semacam itu bagi kita wajib
bukan hanya sunah. Bahkan Nabi bersabda : “Barang siapa yang memuliakan
orang tua yang Islam, maka Allah akan meluluhkan orang untuk
memuliakannya apabila ia sudah tua”. Beliau setiap dijalan selalu
menanti datangnya orang buta, kalau ada orang buta datang lalu dipegang
dan dituntun sampai tujuan. Beliau mempunyai kasih sayang bukan hanya
kepada manusia saja, tetapi juga kepada binatang, sehingga kalau bertemu
dengan siapa saja selalu mendahului memberi salam, bahkan juga kepada
hewan. Diriwayatkan bahwa ada seekor anjing yang menderita sakit kusta.
Kemana saja anjing itu pergi, ia akan diusir. Anjing tersebut diambil
oleh Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i lalu dimandikan dengan air panas, diberikan
obat dan makan secukupnya, sampai anjing tersebut sembuh dari penyakit
yang dideritanya. Kalau ada orang yang bertanya tentang apa yang
diperbuatnya beliau berkata : “Aku selalu membiasakan pekerjaan yang
baik. Syeikh Ahmad ini kalau dihinggapi nyamuk beliau membiarkannya dan
tidak boleh ada orang lain yang mengusirnya. Beliau berkata, “Biarkanlah
dia meminum darah yang dibagikan Allah kepadanya. Pada suatu hari ada
seekor kucing sedang nyenyak tidur di atas lengan bajunya. Waktu sholat
telah masuk, lalu digunting lengan bajunya itu karena tidak sampai hati
mengejutkan kucing yang sedang lelap tidur itu. Seusai sholat lengan
bajunya diambil dan dijait lagi. Budi pekerti mulia yang lain ialah
beliau tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan. Apabila beliau
dimaki oleh orang, beliau terus menundukkan kepalanya mencium bumi dan
menangis serta meminta maaf kepada yang memakinya. Beliau pernah
dikirimi surat oleh Syeikh Ibrohim al Basity yag isi suratnya
merendahkan martabat beliau, lalu beliau berkata kepada orang yang
menyampaikan surat itu : “Coba bacalah surat itu, dan ternyata isinya
adalah : “Hai orang yang buta sebelah, hai dajjal, hai orang yang bikin
bid’ah dan berbagai macam perkataan yang menyakitkan hati. Setelah
selesai membaca surat kemudian surat itu diterima oleh syeikh Ahmad,
dibaca kemudian berkata : “Ini semua betul, smoga Allah membalas
kebaikan kepadanya. Beliau terus berkata dengan syiir, “Maka tidaklah
aku peduli kepada orang yang meragukan aku yang penting menurut Allah,
aku bukanlah orang yang meragukan. Kemudian syeikh berkata : “Tulislah
sekarang jawaban balasanku yang berbunyi “Dari orang rendahan kepada
tuanku syeikh Ibrohim. Mengenai tulisanmu seperti yang tertera dalam
surat, memang Allah telah menjadikan aku menurut apa yang
dikehendaki-Nya dan aku mengharapkanmu hendaknya sudi bersedekah
kepadaku dengan mendo’akan dan memaafkanku. Setelah surat balasan ini
sampai pada syeikh Ibrohim dan dibaca isinya, kemudian syeikh Ibrohim
pergi entah kemana tidak ada orang yang tahu. Jika ada orang minta
dituliskan azimat kepadanya, maka Syeikh Ahmad mengambil kertas lalu
ditulis tanpa pena. Sewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke Maqam
Nabi Muhammad Saw, maka nampak tangan dari dalam kubur Nabi bersalaman
dengan beliau dan beliau pun terus mencium tangan Nabi SAW yang mulia
itu. Kejadian itu dapat disaksikan oleh orang ramai yang juga berziarah
ke Maqam Nabi Saw tersebut. Salah seorang muridnya berkata ; "Ya
Sayyidi! Tuan Guru adalah Qutub". Jawabnya; "Sucikan olehmu syak mu
daripada Qutubiyah". Kata murid: "Tuan Guru adalah Ghatus!". Jawabnya:
"Sucikan syakmu daripada Ghautsiyah". Al-Imam Sya'roni mengatakan bahwa
yang demikian itu adalah dalil bahwa Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i telah
melampaui "Maqaamat" dan "Athwar" karena Qutub dan Ghauts itu adalah
Maqam yang maklum (diketahui umum). Sebelum wafat beliau telah
menceritakan kapan waktunya akan meninggal dan sifat-sifat hal ihwalnya
beliau. Beliau akan menjalani sakit yang sangat parah untuk menangung
bilahinya para makhluk. Sabdanya, “Aku telah di janji oleh Allah, agar
nyawaku tidak melewati semua dagingku (daging harus musnah terlebih
dahulu). Ketika Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i sakit yang mengakibatkan
kewafatannya, beliau berkata, "Sisa umurku akan kugunakan untuk
menanggung bilahi agungnya para makhluk. Kemudian beliau
menggosok-ngosokkan wajah dan uban rambut beliau dengan debu sambil
menangis dan beristighfar . Yang dideritai oleh Sayyidi Ahmad Al-Rifa'i
ialah sakit "Muntah Berak". Setiap hari tak terhitung banyaknya kotoran
yang keluar dari dalam perutnya. Sakit itu dialaminya selama sebulan.
Hingga ada yang tanya, “Kok, bisa sampai begitu banyaknya yang keluar,
dari mana yaa kanjeng syeikh. Padahal sudah dua puluh hari tuan tidak
makan dan minum. Beliau menjawab, “Karena ini semua dagingku telah
habis, tinggal otakku, dan pada hari ini nanti juga akan keluar dan
besok aku akan menghadap Sang Maha Kuasa. Setelah itu ketika wafatnya,
keluarlah benda yang putih kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan
tidak ada lagi yang keluar dari perutnya. Demikian mulia dan besarnya
pengorbanan Aulia Allah ini sehingga sanggup menderita sakit menanggung
bala yang sepatutnya tersebar ke atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah
yang berbudi pekerti yang halus lagi mulia ini pada hari Kamis waktu
duhur 12 Jumadil Awal tahun 570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan
tahun 578 Hijrah.
almihrab.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
SAYYIDI AHMAD AL-RIFA'I
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
https://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/sayyidi-ahmad-al-rifai.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar