SYAIKH AHMAD AL BADAWIY RA. - WALI QUTB AL GHOUTS
Jumat, 12 September 2014
0
komentar
Setiap
hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga kornea
matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir
terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit,
bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat
dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan
dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat,
bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari
kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan
riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12
tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang dan
malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di
kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah. Pada usia dini
ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah
Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari,
ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Sjech Abdul Qodir
Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad
Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama
juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan
menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil
kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”. Suatu hari datang kepadanya,
seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan
sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh
Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata
sayidi : “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu
menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh
keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan
terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan secara
Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya
dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu. Pernah suatu ketika Syaikh
Ibnul labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan
Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan
berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang
terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi
tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya,
karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat
itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa,
hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul labban, agar dia
menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu,
dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera menemui
Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi
Ahmad Al badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban,
Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan
berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”.
Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk
mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat
ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak
lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia
juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia
kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab
al-Jaami’). Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu
itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari
peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman
orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang
itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan
memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi
Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi.
Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu
meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”.
Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan
perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas).
Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak
orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga
bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi
mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku
ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan
akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua
itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya
sehingga menjadi aman dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah
Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan
memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan
ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang
demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab
: “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan
di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau hingga berada disuatu pulau
yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun
termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam
kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi
nasehat agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu
berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di
sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan
ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad
Badawi akan ikut di dalamnya. Setelah bertemu dia ucapkanlah salam,
peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia
menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah Nabiyullah Khidir
a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena
yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah
selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik
lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang
tadi. Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,”
Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!.
Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah
menunggu kedatangan Syeikh Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum
sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para
wali. Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap
akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al Badawi untuk
minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya
pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut
didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu
Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’
itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa emberi
petunjuk. Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan
keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha
membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut
menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau
mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat
pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang
tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun
berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk
membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap
tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-haraman
yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti
biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani
sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali
yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja,
tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha
menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi. Memang benar, tak lama
kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi
Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot
jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke
Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran,
dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka
yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap,
disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan
majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara
Maghrib. Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa
pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu
nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan
terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang
diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan
Sayyidi Badawi. Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku
ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu
ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada
waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya :
“Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun,
al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid
beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil
mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada
dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga
jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata :
“Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit
tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang
banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun
yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan
merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi
Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah
dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu
juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah !
itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk
mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?.
Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi.
Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang
dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa
ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi,
beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak
orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi
langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh
banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan,”Seandainya
keajaiban atau keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku
tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya. Tetapi ada peninggalan
Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah
sughro dan sholawat badawiyah kubro. Demikianlah sekelumit manakib
Sayyidi Ahmad Al Badawi disajikan kehadapan pembaca, untuk dapat diambil
hikmahnya, DUSTUR YA SAYYIDI AHMAD AL BADAWI (Dian Sag)
almihrab.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
SYAIKH AHMAD AL BADAWIY RA. - WALI QUTB AL GHOUTS
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
https://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/syaikh-ahmad-al-badawiy-ra-wali-qutb-al.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar