Dendam, sifat, ciri dan akibatnya
Selasa, 07 Oktober 2014
0
komentar
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
“Sebaik-baik anak Adam, ialah orang yang lambat marahnya dan segera pula reda bila sudah marah, dan sejahat-jahat anak Adam yang lekas marahnya dan lambat pula reda marah itu.”
Al Gazali berkata: Ketahuilah kemarahan
itu apabila tetap meluap-luap karena memang tidak dapat melenyapkannya
seketika, maka ia masuk kedalam hati dan terus bergejolak dalam hati,
sehingga akhirnya menjadi dendam.
Dengan demikian pengertian dendam adalah
sebagai akibat marah yang dipelihara, berkesinambungan dan yang
melakukan perbuatan ini akan menghanguskan amal atau pahala seseorang
dan kesengsaraan bagi dirinya berupa ketidaktenangan dan
ketidaktentraman hidup. Karena seseorang yang menaruh dendam dan sakit
hati, akan membiarkan perasaan-perasaan negatif memenuhi hati menjadikan
diri tidak tenang, tersiksa yang dipenuhi rasa marah, benci dan
berakibat serta mendorong timbulnya penyakit.
Dendam sudah berwujud pada tindakan untuk membalas orang lain yang menjadi kebencian dan kedengkiannya. Bila
dendam ini menyangkut dua pihak dan jika dibiarkan maka akan melahirkan
sikap permusuhan yang tiada habisnya, saling membalas, saling mencari
sekutu sehingga menjadi konflik terbuka.
Bila dilakukan dendam itu dengan orang
yang lebih lemah, itu akan berwujud tindakan semena-mena, apapun akan
dipandang jelek baginya, suka mengejek dan mentertawakan, membuka
aibnya, meniadakan dan menghasut orang lain untuk mengikuti membencinya
sehingga cenderung menjadi tindakan aniaya.
Bila sebaliknya dihadapkan pada pihak
yang sepadan atau lebih kuat, sangat mungkin terjadi tindakan saling
balas, saling mengambil kesempatan untuk melepas kebencian, melepaskan
intrik, konspirasi untuk saling menghancurkan. Lamanya dendam serupa ini
juga tidak jelas kapan redanya, bila masing-masing pihak merasa benar,
tidak ada yang mau mengalah dan memaafkan, maka dendam akan lama bahkan
dapat berlangsung dari generasi ke generasi.
Bila sudah berkobar menjadi konflik
terbuka, bila tidak segera ditangani, maka akan sulit ditelaah dimana
duduk persoalannya, karena menjadi tidak sangat jelas lagi mana yang
harus dibela dan ditentang, karena semua akan merasa dirinya yang paling
benar. Dan konflik ini tidak jarang dapat membawa korban tidak saja
yang saling dendam tetapi dapat menyeret orang lain.
Karena itu Islam sangat memperhatikan
gejolak ini, termasuk dampak jelek terjadinya dendam terutama didalam
kehidupan bermasyarakat. Islam tidak menginginkan umatnya menjadi pendendam, walaupun kepada orang kafir sekalipun.
Sabda Nabi saw: Orang mukmin itu bukanlah pendendam. Allah tidak menghendaki umatnya sebagai pendendam, melainkan menghendaki hamba-hamba-Nya menjadi pemaaf. Firman Allah :Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Al Araf: 199)
Dendam
juga pernah merasuki khalifah Abu bakar ra, yang bersumpah untuk tidak
lagi menolong saudaranya, karena kesalahan yang dibuat saudaranya itu.
Akibat perbuatan itu, turunlah ayat Allah yang meminta Abu Bakar ra agar
mengutamakan kekeluargaan daripada memperturutkan dendam.
Firman Allah: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Annur: 22)
Rasa
benci dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk tidak
dilampiaskan pada waktu yang lain. Dalam kaitan ini terlihat tindakan
melupakan dendam sebagai sifat yang lemah, namun sebaliknya adalah kuat
dan cermin jiwa yang besar dalam artinya mampu mengikuti akal sehatnya
bahwa dendam tiada lain hanya akan menggerogoti diri dan merugikan orang
lain jika dibiarkan.
Orang
yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain tiada lain
balasannya kecuali kemuliaan di sisiNya. Memang memaafkan orang yang
pernah berbuat zalim atau dendam kepada diri merupakan perbuatan yang
sangat berat, namun bila dilaksanakan itu sangat menenangkan hati.
Orang yang memiliki dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Terdapat rasa benci dalam hati terhadap orang yang didendami
- Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau kenikmatan
- Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau cobaan
- Adanya keinginan untuk berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami
- Mempengaruhi orang lainuntuk mencelakakan atau menjauhi orang yang didendami.
Karena itu dendam membahayakan diri
sendiri diantaranya : menghilangkan ketenangan jiwa, membatasi pergaulan
karena berusaha menjauhi atau meniadakan orang yang didendaminya,
menjauhkan silaturahmi, sebagai sumber perselisihan dan permusuhan,
selalu marah bila orang lain menceritakan kebaikan orang yang
didendaminya, munculnya penyakit hati yang lain iri, suka mengumpat,
membohongi, membuka aib orang lain dan fitnah, menimbulkan penyesalan
dikemudian hari dan yang jelas mendapat murka Allah.
Wallahu a’lam
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Dendam, sifat, ciri dan akibatnya
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
https://fadhilaizki.blogspot.com/2014/10/dendam-sifat-ciri-dan-akibatnya.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar