Ukhuwah
Rabu, 10 September 2014
0
komentar
Ini
adalah sebuah kisah tentang kepemimpinan Ali ibn Abi Thalib
dalamKhulafaurrasyidin yang sangat patut kita teladani.Tidak ada
khalifah yang paling mencintai ukhuwwah, ketika orangberusaha
menghancurkannya, seperti Ali ibn Abi Thalib. Baru saja diamemegang
tampuk pemerintahan, beberapa orang tokoh sahabat
melakukanpemberontakan. Dua orang di antara pemimpin Muhajirin meminta
izinuntuk melakukan umrah. Ternyata mereka kemudian bergabung
denganpasukan pembangkang. Walaupun menurut hukum Islam pembangkang
harusdiperangi, Ali memilih pendekatan persuasif. Dia mengirim
beberapaorang utusan untuk menyadarkan mereka. Beberapa pucuk
suratdikirimkan. Namun, seluruh upaya ini gagal. Jumlah
pasukanpemberontak semakin membengkak. Mereka bergerak menuju
Basra.Dengan hati yang berat, Ali menghimpun pasukan. Ketika dia sampai
diperbatasan Basra, di satu tempat yang bernama Alzawiyah, dia turundari
kuda. Dia melakukan shalat empat rakaat. Usai shalat, diamerebahkan
pipinya ke atas tanah dan air matanya mengalir membasahitanah di
bawahnya. Kemudian dia mengangkat tangan dan berdo'a: "YaAllah, yang
memelihara langit dan apa-apa yang dinaunginya, yangmemelihara bumi dan
apa-apa yang ditumbuhkannya. Wahai Tuhanpemilik 'arasy nan agung. Inilah
Basra. Aku mohon kepada-Mu kebaikankota ini. Aku berlindung kepada-Mu
dari kejahatannya. Ya Allah,masukkanlah aku ke tempat masuk yang baik,
karena Engkaulah sebaik-baiknya yang menempatkan orang. Ya Allah, mereka
telah membangkangaku, menentang aku dan memutuskan bay'ah-ku. Ya Allah,
peliharalahdarah kaum Muslim."Ketika kedua pasukan sudah mendekat,
untuk terakhir kalinya Alimengirim Abdullah ibn Abbas menemui pemimpin
pasukan pembangkang,mengajak bersatu kembali dan tidak menumpahkan
darah. Ketika usahaini pun gagal, Ali berbicara di hadapan
sahabat-sahabatnya, sambilmengangkat Al-Qur'an di tangan kanannya:
"Siapa di antara kalian yangmau membawa mushaf ini ke tengah-tengah
musuh. Sampaikanlah pesanperdamaian atas nama Al-Qur'an. Jika tangannya
terpotong peganglah Al-Qur'an ini dengan tangan yang lain; jika tangan
itu pun terpotong,gigitlah dengan gigi-giginya sampai dia
terbunuh."Seorang pemuda Kufah bangkit menawarkan dirinya. Karena
melihatusianya terlalu muda, mula-mula Ali tidak menghiraukannya. Lalu
diamenawarkannya kepada sahabat-sahabatnya yang lain. Namun, tak
seorangpun menjawab. Akhirnya Ali menyerahkan Al-Qur'an kepada anak
mudaitu, "Bawalah Al-Qur'an ini ke tengah-tengah mereka. Katakan:
Al-Qur'an berada di tengah-tengah kita. Demi Allah, janganlah
kalianmenumpahkan darah kami dan darah kalian."Tanpa rasa gentar dan
penuh dengan keberanian, pemuda itu berdiri didepan pasukan Aisyah. Dia
mengangkat Al-Qur'an dengan keduatangannya, mengajak mereka untuk
memelihara ukhuwwah. Teriakannyatidak didengar. Dia disambut dengan
tebasan pedang. Tangan kanannyaterputus. Dia mengambil mushaf dengan
tangan kirinya, sambil tidakhenti-hentinya menyerukan pesan perdamaian.
Untuk kedua kalinyatangannya ditebas. Dia mengambil Al-Quran dengan
gigi-giginya,sementara tubuhnya sudah bersimbah darah. Sorot matanya
masihmenyerukan perdamaian dan mengajak mereka untuk memelihara darah
kaumMuslim. Akhirnya orang pun menebas lehernya.Pejuang perdamaian ini
rubuh. Orang-orang membawanya ke hadapan Aliibn Abi Thalib. Ali
mengucapkan do'a untuknya, sementara air matanyaderas membasahi
wajahnya. "Sampai juga saatnya kita harus memerangimereka. Tetapi aku
nasihatkan kepada kalian, janganlah kalian memulaimenyerang mereka. Jika
kalian berhasil mengalahkan mereka, janganlahmengganggu orang yang
terluka, dan janganlah mengejar orang yanglari. Jangan membuka aurat
mereka. Jangan merusak tubuh orang yangterbunuh. Bila kalian mencapai
perkampungan mereka janganlah membukayang tertutup, jangan memasuki
rumah tanpa izin, janganlah mengambilharta mereka sedikit pun. Jangan
menyakiti perempuan walaupun merekamencemoohkan kamu. Jangan mengecam
pemimpin mereka dan orang-orangsaleh di antara mereka."Sejarah kemudian
mencatat kemenangan di pihak Ali. Seperti yangdipesankannya, pasukan Ali
berusaha menyembuhkan luka ukhuwwah yangsudah retak. Ali sendiri
memberikan ampunan massal. Sejarah jugamencatat bahwa tidak lama setelah
kemenangan ini, pembangkang-pembangkang yang lain muncul. Mu'awiyah
mengerahkan pasukan untukmemerangi Ali. Ketika mereka terdesak dan
kekalahan sudah di ambangpintu, mereka mengangkat Al-Qur'an, memohon
perdamaian. Ali, yangsangat mencintai ukhuwwah, menghentikan peperangan.
Seperti kitaketahui bersama, Ali dikhianati. Karena kecewa, segolongan
daripengikut Ali memisahkan diri. Golongan ini, kelak terkenal
sebagaiKhawarij, berubah menjadi penentang Ali. Seperti biasa,
Alimengirimkan utusan untuk mengajak mereka berdamai. Seperti biasapula,
upaya tersebut gagal.
Dari: Islam Aktual. Jalaluddin Rakhmat. Mizan, Jakarta 1991
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ukhuwah
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/ukhuwah.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar