Posted by
Unknown
Kamis, 11 September 2014
Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka
karena anak satu - satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita
ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang
bisa menghidupkan kembali anaknya.Sang Guru mengamati bahwa wanita di
hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam,
bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih - alih memberinya kata - kata
penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru
berujar:"Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan
sebutir biji lada.""Itu saja syaratnya?" tanya wanita itu dengan
keheranan."Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota
penghuninya belum pernah ada yang mati."Dengan "semangat 45", wanita itu
langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, "Guru ini
memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!"Dia
mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya : "Tolonglah
saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda
memberikannya?" "Oh, boleh saja," jawab tuan rumah. "Anda baik sekali
Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?"
"Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu." Wanita itu segera berpamitan
karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji
lada yang dibutuhkannya.Ia mengetuk rumah - rumah berikutnya, semua
penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada
untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari
peristiwa kematian sanak saudaranya. "Ayah kami barusan wafat...,"
"Kakek kami sudah meninggal...," "Ipar kami tewas dalam kecelakaan
minggu lalu...," dan sebagainya.Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai
istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah
kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka
orang lain. Berangsur - angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian
dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.
Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam
keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih,
"Guru, saya akan menguburkan anak saya." Sang Guru hanya mengangguk
seraya tersenyum lembut.Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan
kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi
kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya? Bukankah anak tersebut suatu
hari akan mati lagi juga? Alih - alih berbuat demikian Sang Guru membuat
wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan
menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun:
siapa yang tak mati?Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati
terhadap peristiwa duka cita mendalam seperti dalam cerita di atas.
Penderitaan hanya benar - benar bisa diatasi dengan pengertian yang
benar akan dua hal : (1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan
sebagaimana maunya kita(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan
kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.
Dikutip dari : http://quran-et-sains.blogspot.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Siapa yang Tak Mati
Ditulis oleh
Unknown
Rating Blog
5
dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/siapa-yang-tak-mati.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
0 komentar :
Posting Komentar