Salah
satu Malaikat berkata kepada kawan-kawannya yang sedang
berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di
atas bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi
Allah yang lebih baik selain Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati
ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang
diberikan Allah kepadanya, ia sisihkan sebagian untuk menolong
orang-orang yang memerlukan. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah,
sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang
diberikan kepadanya”. Para Malaikat yang mendengar pujian dan sanjungan
untuk Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi
dengan menyebut beberapa sifat dan kebaikan yang lain pada diri Ayyub.
Percakapan para Malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis
yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Hati Iblis
membara karena jengkel mendengar pujian yang ditujukan untuk keturunan
Adam, yang ia telah bersumpah akan menyesatkannya ketika ia dikeluarkan
dari syurga karenanya. Ia tidak rela melihat seorangpun dari anak cucu
Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan
melakukan amal sholeh sesuai dengan perintah Allah. Pergilah Iblis
mendatangi Ayyub untuk menyaksikan sendiri sampai sejauh mana kebenaran
pujian para Malaikat itu. Ternyata memang benar, Ayyub patut mendapat
segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan
duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya,
mengepalai keluarga yang besar dan hidup rukun, damai dan berbakti. Ia
melihat Ayyub tidak silau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak
tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawi. Siang dan malam ia
senantiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan sholat, sujud dan
tasyakur kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak
berhenti menyebut nama Allah dengan bertasbih dan bertahmid. Ayyub
ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama
makhluk Allah yang lemah. Yang lapar diberinya makan, yang telanjang
diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah
ditegur. Iblis gagal dalam usahanya membujuk Ayyub. Telinga Ayyub
tertutup terhadap segala bisikan dan fitnahan dan hatinya yang sudah
penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit
kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah
merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru
kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya tidak
menggoyahkan pendirian Ayyub. Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia
berputus asa dari kegagalannya membujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi
menghadap kepada Allah untuk menghasut. Iblis berkata : "Wahai Tuhan,
sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan
bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan
setulus hati karena cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan
berlaku sebagai hamba yang sholeh tekun beribadah kepada-Mu hanya karena
takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau
karuniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, Engkau
akan mencabut segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa puluhan ribu
hewan ternak, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh hamba
sahaya serta keluarga dan keturunan yang sholeh. Tidakkah semua itu
patut disyukuri agar tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena
musibah? Di samping itu, Ayyub masih mengharapkan agar kekayaannya
bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayyub
mendekatkan diri kepada-Mu, dengan ibadah dan amal-amal sholehnya dan
andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki,
niscaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya
beribadah kepada-Mu”. Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya
Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat, ia seorang mukmin sejati, apa
yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah semata-mata
didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku”. Iman dan
takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya telah menguasai seluruh
jiwa raganya, tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya.
Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya
tidak akan menurun dan menjadi kurang karena musibah apa pun yang akan
melanda dalam diri dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya
bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat
Aku cabut darinya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih
dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihat
hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang benar, lurus dan
tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan
imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencoba
menggodanya serta memalingkannya dari-Ku. Kerahkanlah para pembantumu
menggoda Ayyub melalui harta kekayaan dan keluarganya. Coba binasakanlah
harta kekayaan dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia
itu, dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan hamba-Ku itu”.
Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan sebagai pembantunya,
diberitahukan bahwa ia telah mendapat izin dari Tuhan, untuk
menghancurkan Ayyub, merusak aqidah serta memalingkannya dari Tuhan yang
ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan. Jalannya ialah dengan
memusnahkan harta kekayaannya, sehingga ia menjadi seorang yang papa dan
miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara
tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantunya itu agar
melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya
dan siasat apa saja yang mereka miliki. Dengan berbagai cara, akhirnya
berhasillah kawanan syaitan itu menghancur luluhkan kekayaan Ayyub, yang
dimulai dengan hewan ternaknya yang bergelimpangan, mati satu persatu
sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang dan kebun,
tanamannya rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya terbakar habis
dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang
kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki apapun
selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.
Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub, datanglah
Iblis kepadanya menyerupai orang tua yang tampak bijaksana dan
berpengalaman dan berkata : "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu
sangat dahsyat sekali, sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah
habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu.
Kawan-kawanmu merasa sedih sedang musuh-musuhmu bersenang hati dan
gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang
susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka
bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah
yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekejap mata kehilangan semua
harta miliknya. Sementara salah seorang dari mereka berkata,”Bahwa
mungkin karena Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal
kebajikannya dan ada yang berkata bahwa andaikan Allah, Tuhan Ayyub,
benar-benar berkuasa, niscaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari
malapetaka, mengingat ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah
dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya. Seorang yang lain
menggunjing dengan mengatakan bahwa mungkin amal ibadah Ayyub tidak
diterima oleh Tuhan, karena ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih
dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang
tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. “Akupun menaruh simpati
kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berduka cita atas nasib
buruk yang telah engkau alami”. Iblis yang menyerupai sebagai orang tua
itu mengakhiri hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap
tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau
penyesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya
itu. Ayyub berkata kepadanya, "Ketahuilah bahwa apa yang telah kumiliki
berupa harta benda, tanah ladang dan hewan ternak serta yang lain,
semuanya itu adalah barang titipan Allah yang diminta-Nya kembali
setelah aku cukup menikmatinya sepanjang masa atau ibarat barang
pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka
segala syukur dan puji bagi Allah yang telah memberikan karunia-Nya
kepadaku dan mencabutnya kembali dari siapa yang Dia kehendaki. Selesai
mengucapkan jawaban kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di
depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas
segala dosanya. Iblis segera meninggalkan Ayyub dengan rasa kecewa
karena hasutannya tidak termakan oleh Ayyub. Akan tetapi, Iblis tidak
pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di
hadapan Allah dan Malaikat-Nya, dan ia akan berusaha menyesatkan Bani
Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan untuk melanjutkan
gangguan kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang hidup rukun,
damai dan saling cinta mencintai. Iblis datang lagi menghadap Tuhan dan
meminta izin meneruskan usahanya mencoba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan :
"Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikitpun tidak
goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua
kekayaan dan kembali hidup miskin karena ia masih mempunyai
putera-putera yang cakap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan
semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidup di hari
tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang
mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia
sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabaran dan
keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap
keluarga dan putera-puteranya yang sangat ia sayangi dan cintai itu”.
Allah mengabulkan permintaan Iblis itu dan berfirman : "Aku mengizinkan
engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman,
tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah
bahwa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub
dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku”. Iblis lalu pergi bersama
pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung
yang penuh dengan sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah
gedung itu hingga roboh berantakan menimbuni seluruh penghuninya.
Kemudian Iblis pergi menemui Ayyub dengan menyerupai sebagai seorang
dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan
turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada
Ayyub dalam takziahnya : "Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat
putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah reruntuhan gedung yang
roboh akibat gempa bumi ? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima
ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal
sholeh, sujud dan rukukmu siang dan malam”. Mendengar kata-kata Iblis
itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: "Allahlah yang
memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya,
Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut”. Iblis keluar meninggalkan
Ayyub dalam keadaan bersujud munajat. Dengan rasa jengkel dan marah
kepada dirinya sendiri karena telah gagal untuk kedua kalinya dalam
menghasut Ayyub. Iblis pergi menghadap Tuhan dan berkata : "Wahai Tuhan,
Ayyub sudah kehilangan semua kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan
oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah reruntuhan gedung yang
telah kami hancurkan, namun ia masih tetap dalam keadaan seperti
semula. Ia hanya menangis tersedu-sedu, namun iman dan kepercayaannya
kepada-Mu tidak tergoyahkan sama sekali. Izinkan aku mencobanya dengan
mengganggu kesehatan badannya, karena jika ia sudah jatuh sakit dan
kekuatannya menjadi lumpuh, niscaya ia akan mulai malas melakukan ibadah
dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi
lunturlah iman dan akidahnya”. Allah tetap menantang Iblis bahwa ia
tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimanapun
besarnya musibah yang ditimpakan. Karena Allah telah menetapkan dia
menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis : "Bolehlah engkau mencoba
lagi usahamu mengganggu kesehatan badan dan kekuatan fisik Ayyub. Aku
akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu hamba pilihan-Ku ini”.
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih
baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu
segera mengganyang kesehatan Ayyub yang menjadikan ia menderita
berbagai penyakit, demam, batuk dan lain-lain. Sehingga menyebabkan
badan Ayyub makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya
menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik.
Hingga akhirnya Ayyub dijauhi oleh orang-orang sekampung dan juga kawan
dekatnya, karena penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya kepada
orang-orang yang menyentuh atau mendekatinya. Ia menjadi terasing dari
pergaulan masyarakat, hanya isterinya yang tetap mendampingi dan
merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala
keperluan tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal di hati melihat
penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu. Iblis memperhatikan
Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah, tetapi tidak meninggalkan
adat kebiasaannya seperti ibadah dan zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak
mengaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya
bila ia merasakan sakit. Iblis kehabisan akal, tidak tahu usaha apa lagi
yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusak aqidah dan iman
Ayyub. Ia lalu meminta pertimbangan dari kawan-kawannya, apa yang harus
dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal
tidak mencapai sasaran. Mereka bertanya kepadanya : "Di manakah
kepandaian dan tipu dayamu yang ampuh serta kelicinanmu menyebar benih
was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah
sia-sia ?" Seorang pembantu lain berkata : "Engkau telah berhasil
mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya
sehingga tujuanmu itu sampai berhasil ?" "Dengan membujuk isterinya",
jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah
siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke
telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih
tetap patuh dan setia”. "Benar dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis,
"Hanya tinggal itulah satu-satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali
ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan
maksudku selama ini”. Dengan rencana baru pergilah Iblis mendatangi
isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang dekat dengan
suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub : "Apa khabar dan bagaimana
keadaan suamimu saat ini ?" Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah
suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya : "Itulah dia
terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya
berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati
tidak hidup tidak”. Ucapan isteri Ayyu menimbulkan harapan bagi Iblis
bahwa kali ini ia akan berhasil. Maka diingatkanlah isteri Ayyub akan
masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat,
bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan.
Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub
duduk termenung seorang diri, mengenang masa lampaunya, masa kejayaan
suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan
masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai
dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian
puteranya, dan yang terakhir diikuti oleh penyakit suaminya yang parah
dan sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah
sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada
kerabat, tiada handai taulan, semua menjauhi mereka karena khawatir
kejangkitan penyakit kulit yang menular dan menjijikkan itu. Seraya
menarik nafas panjang, datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang
sedang menderita dan berbisik kepadanya : "Wahai sayangku, sampai
kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaan,
putera-putera, sahabat terdekatmu ? Oh, alangkah syahdunya masa lampau
kita, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis
itu ? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari
segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini”. Berkata Ayyub
menjawab keluhan isterinya : "Wahai isteriku yang kusayangi, engkau
menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak
kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon
kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang
kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kita
menikmati hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu ?" "Delapan puluh
tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kita hidup dalam
penderitaan ini ?" tanya Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri. "Aku
malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan
dari kesengsaraan dan penderitaan yang telah aku alami belum sepanjang
masa kejayaan yang telah Allah karuniakan kepada kita. Kiranya engkau
telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis
imanmu untuk menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak
jika aku telah sembuh dari penyakit dan kekuatan badanku pulih kembali.
Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan
diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan
sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai
Allah menentukan taqdir-Nya”. Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang
diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak
saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan
sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: "Wahai
Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan
serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang”. Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak
kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya
melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah berfirman kepadanya :
"Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan
air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali
kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakan untuk minum dan
mandi”. Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu,
sembuhlah Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi
kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa
olehnya. Ia bahkan kembali tampak lebih sehat dan lebih kuat daripada
sebelum menderita. Selain itu isterinya yang telah diusir dan
meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh
dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh
dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, karena
bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya,
tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, seakan-akan tidak pernah
sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada
Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya mengembalikan
kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya. Nabi
Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya
seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan
sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah
menunjukkan kesetiaan di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung,
hatinya terombang-ambing oleh dua perasaan, ia merasa berkewajiban
melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan berbakti itu
tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya
Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub,
ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan
rumput itu seratus kali sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian
tertebuslah sumpahmu”. Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai teladan
yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman
sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbol kesabaran. Dan
Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja
dengan memulihkan kembali kesehatan badannya bahkan dikembalikan pula
kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat
gandanya. Juga kepadanya dikaruniakan lagi putera-putera sebanyak yang
telah hilang dan mati dalam musibah yang telah dialami. Demikianlah
rahmat Tuhan dan karunia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil
melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman
kepada Allah. Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah
Shaad ayat 41 hingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84. (BQ/Al
Mihrab)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
NABI AYYUB & IBLIS SANG PENGGODA
Ditulis oleh
Unknown
Rating Blog
5
dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/nabi-ayyub-iblis-sang-penggoda.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
0 komentar :
Posting Komentar