Menyambut Panggilan
Kamis, 11 September 2014
0
komentar
Pak Syarif adalah salah satu penduduk sebuah kampung yang tergolong istimewa. Kesehariannya sangat sederhana. Ia bekerja sebagai tukang parkir sepeda motor di areal pasar dekat rumahku. Istrinya tidak bekerja alias sebagai ibu rumah tangga bagi empat orang anaknya.
Yang menjadikan ia istimewa dalam pandangan para tetangganya adalah, bahwa ia bisa berangkat menunaikan ibadah haji bersama istrinya. Sementara, banyak tetangganya yang meskipun kehidupannya serba cukup bahkan ada yang disebut sebagai keluarga muslim yang kaya, ternyata belum juga bisa berangkat menunaikan ibadah haji.
Ketika aku tanyakan, berapa lama kira-kira mengumpulkan uang untuk menabung sehingga bisa pergi haji, katanya sekitar dua puluh tahun...! Sungguh hebat, dua puluh tahun niatnya sudah terpasang dengan kuat, meskipun jenis pekerjaannya seperti tidak memungkinkan untuk bisa pergi haji. Tetapi tekat yang kuat, dengan disertai panjatan do'a yang kusyu' dan rasa optimis akan pertolonganNya, menjadikan Allah memberikan jalan yang, sangat mudah baginya. Dia-lah yang melipat gandakan rezki pak Syarif.
Minggu pagi itu pak Syarif bersama istrinya nampak begitu bahagia. Tasyakuran sederhana pun digelar dalam rangka pemberangkatan mereka ke tanah suci. Sungguh, pagi yang cerah itu, membuat rumah sederhana di ujung kampung itu betul-betul meriah, karena dipadati oleh para tetangga dan keluarganya.
QS. At-Thalaq (65) : 4-5
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertakwa pada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.
Di tengah hiruk pikuknya para tamu yang nampak bahagia itu, kelihatan seorang setengah baya, yaitu pak Widi yang sedang berbincang-bincang dengan para tetangga dan teman-temannya. Kedengaran lamat-lamat olehku salah seorang temannya bertanya kepada pak Widi.
"Kapan pak Widi berangkat ke tanah suci, seperti halnya pak Syarif ?"
Yang lain nyeletuk: "iya pak, kan pak Widi sudah siap, baik tentang ONH maupun tentang kesehatan, kan nggak ada masalah...! Apakah tahun depan pak...?
"...wah, kalau pak Widi yang berangkat, tentu lebih ramai sekali kampung ini...apalagi pak Widi adalah sosok tokoh masyarakat di lingkungan kampung ini.." sahut yang lain.
Mendengar beberapa pertanyaan dari tetangga dan teman-temannya, sambil makan kue yang ada di hadapannya, pak Widi menjawab tanpa ekspresi apa-apa : "...ah sudahlah, kan saya belum dipanggil. Nanti aja kalau saya sudah dipanggil, pasti saya akan berangkat haji."
Pak Abdullah, yang sejak tadi diam saja mendengarkan pembicaraan mereka, tiba-tiba ikut bertanya pada pak Widi: "lho, pak Widi...siapa yang memanggil? menunggu panggilan dari siapa bapak akan berangkat haji...? " Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu, pak Widi juga bingung. Pandangan matanya kosong. Ia tidak tahu jawabnya. Maka ia hanya bisa menjawab sembarangan saja.
"...saya juga bingung koq. Tapi kata orang-orang, kalau belum terpanggil, kan kita tidak bisa berangkat ke sana.... ?"
Para tetangga dan teman-teman pak Widi yang kebetulan mendengarkan dialog kecil itu, juga bingung. Ada sesuatu yang dirasa agak aneh dalam pembicaraan itu.
Siapakah yang memanggil manusia untuk pergi ibadah haji?
Siapa pula yang dipanggil untuk pergi melakukannya?
Benarkah pak Widi, termasuk juga kita semua, belum dipanggil?
Mengapa pak Syarif, dengan pekerjaan yang begitu sederhana sudah merasa terpanggil, sehingga ia bertekat untuk mengumpulkan uang, dan akhirnya bisa berangkat?
Mengapa pak Widi, dengan kekayaannya merasa belum dipanggil?
Bukankah, dengan menghayati rukun Islam yang lima itu, sebenarnya seluruh muslimin dan muslimat sudah dipanggil untuk berngkat ke tanah suci...?
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Menyambut Panggilan
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/menyambut-panggilan.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar