Sehari di gua
Minggu, 28 Mei 2017
0
komentar
Setelah tiba di mulut gua, perlahan-lahan aku langsung turun melewati jalan setapak menuju ke dalam gua, di samping mulut gua terdapat sebuah tempat petilasan yang konon itulah adalah tempat ibadah para kekasih-kekasih Allah nan agung.
kuteruskan langkahku, masuk ke dalam lorong-lorong gua, ku lihat baik-baik stiap sudut gua, batu-batuan yang terdapat di setiap sisi gua, begitu dalam dan besarnya bangunan Allah yang orang-orang menyebutnya sebagai gua ini, membuatku ta'jub atas ciptaan Allah Robbul 'alamin.
semakin ku masuk di kedalan gua, suasananya semakin hening, semakin gelap, hanya ada cahaya remang-remang yang yang dipantulkan oleh bolam yang berkapasitas 5 watt, di padu dengan para kelelawar yang yang bergelantungan di atap gua, membuat suasana semakin menakutkan.
dengan perasaan agak sedikit takut, aku terus melaju menyusuri jalan setapak menuju ke kedalaman gua, di sepanjang perjalanan kuterus melantunkan dzikir sirri ismudz dzat Allah,,,Allah,,Allah,,sebagai sebuah keniscayaan, dan sebagai pelindung dari para makhluk Allah yang tak kasat oleh mata, diterangkan dalam sebuah kitab,,"ketika kita sedang melakukan dzikir sirri ismudz dzat, dan ada syeitan menyentuh tubuh kita, maka syeitan tersebut akan hangus terbakar", begitulah memang kehebatan dzikir sirri ismudz dzat.
setelah aku tiba di kedalaman gua, kulihat ada sebuah mata air yang sangat jernih, mengalir di setiap bilik-bilik gua, di kudekati mata air itu, dan kudengarkan gemercik air yang menari-nari di atas bebatuan yang agak sedikit curang,aku langsung teringat dengan seikhina, wa mursyidina, wa murobbi rukhina, pada waktu masih nyantri di bumi damai Al Muhibbin tambak beras jombang, pada waktu itu beliau bermain di sungai dengan dijaga oleh kiyai imron Djamil, ketika waktu sudah sore, kiyai Imron mengajak beliau pulang, tapi beliau menolak dan berkata,,"sebentar dulu, aku masih ingin mendengarkan gemercik ari sungai yang tiada henti mengumandangkan dzikir dan tasbih kepada Allah Robbul 'Alamin",,, .
setelah teringat dengan syeikhina, sumber mata air yang terdapat di dalam gua itu mengingatkan aku dengan sang Quthub Agung, Sulthonul Auliya', rajanya para wali sejagad, syeikh abil Hasan Asy-Syadzily, ketika pergi mengembara mencari seorang pembimbing, mencari seorang wali Qutub pada zaman itu.
ketika itu beliau berjalan dari negri asalnya maroko, menuju ke makkah yang berjarak ribuan kilo meter, sesampainya di negri makkah, beliau langsung mencari-cari dimanakah gerangan sang Quthub agung berada, setelah berbulan-bulan berada di makkah, baru beliau mendapat informasi bahwa sang Quthub yang beliau cari ternyata tidak ada di makkah, beliau malah di beri saran oleh ulama' makkah untuk mencarinya di negri irak.
tanpa putus asa beliau langsung berangkat menuju irak melewati ganasnya padang pasir yang tandus.
sesampainya di negri irak, beliau langsung sowan kepada ulama'-ulama' irak yang masyhur pada waktu itu, hingga beliau mendengar ada seorang syeik yang termasyhur, yaitu syeikh abul fatah Al-Wasithi, beliau adalah seorang mursyid Thoriqoh Rifaiyyah.
setelah bertemu dengan syikh abul fatah, syeikh abul fatah berkata kepada beliau,,"wahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh-jauh sampai kesini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya ada di negri asalmu sendiri, beliau adalah seorang Quthubuz zaman nang agung pada saat ini, sekarang pulanglah engkau ke maghrib(maroko) dari pada bersusah payah berkeliling mencari di negri ini, beliau pada saat ini sedang berada di tempat kholwatnya, di sebuah gua di puncak gunung, temuilah yang engkau cari disana,,!.
setelah mendengar penuturan dari syikh abul fatah, beliau mohon diri dan kembali ke negri maroko yang berjarak ribuan kilo meter demi mencari seorang yang di idam-idamkannya.
setelah tiba di maroko, beliau langsung menuju gua, sesuai anjurkan oleh syeikh abul fatah, di bawah gua terdapat mata air nan jernih, disana beliau mandi dan mensucikan diri serta hati dari semua kotoran, beliau merasa seluruh ilmu dan amalnya luruh berguguran, seakan sudah tak punya apa-apa lagi.
kemudian beliau naik ke puncak gua, dan bertemu dengan sang Quthub nan Agung yaitu sayyidisy syeik Ash Sholih Al Quthub Al Ghouts Asy Syarif Abu muhammad Abdus Salam bin MasyisyAl Hasani.
disanalah nantinya Syeikh abul Hasan Asy Syadzily menerima baiat Thoriqoh yang agung dan kelak di kemudian hari Thoriqoh tersebut diberi nama Thoriqoh syadziliyyah yang tersebar seantero jagad raya, dan disana juga beliau mewarisi derajat kuquthuban dari gurunya tersebut.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Sehari di gua
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2017/05/sehari-di-gua.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar