Kunci Sukses Hidup

Posted by Unknown Senin, 15 Mei 2017 0 komentar
Kunci sukses hidup 

Kunci sukses itu ada tiga:
Yaqin, ikhlas dan syukur.
Tiga kondisi ruhani yang menghantar anda menuju sukses besar
(Syekh Harir Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim)
Mursyid Agung Tareqot Qodiriyah, Naqsabandiyah dan Syadziliyah
PETA Tulung Agung – indonesia


Kata sukses seringkali tercetak dalam budaya pandang hidup manusia dalam bidang usaha, sukses dalam perjuangan, sukses dalam materi sukses dalam hal-hal duniawi. Bahkan ribuan judul buku bicara mengenai kiat sukses beredar, dari barat hingga timur, dan jika disimpulkan semuanya mengarah pada motifasi dan spirit.
Sangat langka yang menggali sukses yang sesungguhnya dari kedalaman spiritual, dan kalau toh ada, hanya dijadikan komplemen yang melengkapi semua motivasi itu. Karena yang terbayang tentang sukses adalah puncak puncak kedudukan, puncakpuncak bisnis ekonomis, puncak kekuasaan politis, dan pada saat yang sama puncak-puncak rohani sirna begitu saja.
Diberbagai belahan barat modern, puncak sukses peradaban ekonomi, teknologi, dan politik, selalu diawali dengan eksplorasi kemampuan kemampuan ego, individu dan eksistensi manusia. Namun pada sisi lain kegersangan dan keterasingan telah membelah puncak peradaban mereka dalam kenestapaan.

Ironisnya pula, ketika kita menengok ke wilayah dunia islam, betapa banyak pula diantara umat yang kembali ke dunia ruhani melalui dunia sufi, akibat kegagalan ataupun faktor lain, hanya karena ingin kembali sukses duniawinya. Ini juga hal yang begitu memilukan, karena arus yang begitu suci menuju kepada allah, harus dikotori motif-motif duniawi.

Padahal duniawi memiliki alur dalam kinerja diri kita, dan ruhani juga punya alur tersendiri, yang dua-duanya tidak bisa dicampur aduk. Karena selain menimbulkan konflik dalam batin, juga akan menumbuhkan kemunafikan dalam tubuh kita.
Campur aduk yang dimaksud adalah keterlibatan nafsu yang menguasai qolbu kita untuk memutuskan pandangan hidup ke depan, lalu memunculkan sifat sifat rakus, riya’ dan egois, kesombongan yang tersembunyi dibalik jubah agama, tampilan religius kita, bahkan dalam ubudiyah kita.
Perspektif sukses dalam implementasi kunci-kunci sukses memang harus kita luruskan, agar akselerasinya (percepatanya) tidak terhambat oleh sejumlah faktor yang sesungguhnya tumbuh dalam diri kita.

Karena itu jika syekh solahuddin Abdul jalil Mustaqiem memberikan sebuah kata sukses, itu artinya juga harus kita lihat sebagai kunci terbalik, manakala kita ingin bangkrut dunia akhirat, ingin tersungkur secara lahir maupun batin, dengan cara memandang lawan kata dari sukses dan kunci – kuncinya.
Maknanya jika kita ingin hancur dan gagal dalam dunia akhirat maka:
1. Biarkanlah sikap skeptis, ragu ragu, penuh prasangka, kecurigaan, hidup diawang awang, takut, kawatir gelisah, menjadi gaya hidup spiritual dan tumbuh hidup subur didalam tubuh anda.
2. biarkanlah sikap-sikap riya’, takjub pada diri sendiri, sombong iri dan dengki, ambisi ambisi, dan tamak duniawi tumbuh jadi karakter anda sehari hari
3. biarkanlah ruang dada anda diisi oleh sikap kufur pada nikmat allah yang tak terhingga dan tak terhitung ini, dan dada anda akan menyempit, sesak dan tersiksa oleh apriori-apriori terhadap nikmat allah.
Bila tiga karakter diatas memenuhi diri anda, maka sudah dipastikan diri anda tidak lebih dari tong sampah dan tempat pembuangan limbah paling kotor didunia ini. Jangan lagi anda memimpikan tentang sukses yang sejati, sukses yang hakiki, sukses dunia akhirat lebih menakutkan lagi, manakala anda terjepit di tong sampah paling pengap itu, justru anda memejamkan matahati, lalu anda pulas dalam khayal-khayal dan mimpi, seakan akan demikianlah dalam tumpukan limbah itu anda merasa sukses. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an,” Orang-orang yang perjalanan hidupnya tersesat dikehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa kondisi itu sebagai sukses terbaiknya.” (Al kahfi)
Jiwa besar, sukses besar dan pandangan besar telah digulirkan oleh sufi besar yang kelak melahirkan manusia manusia besar dalam sejarah agung manusia. Diantara kunci terbesar dalam meraih sukses besar itu ada tiga: Yaqin, ikhlas dan syukur.
Mengapa kuncinya hanya tiga perilaku tersebut? Bukankah masih banyak tema-tema spiritual – sufistik seperti sabar, qona’ah, ridlo, tawakal, taubat bahkan istiqomah?
Setelah kita teliti, ternyata tiga tema, yaqin, ikhlas dan syukur tersebut merupakan sentra-sentra organic dari karakter-karakter sukses, dimana sifat-sifat yang lainya terorganisir dalam tiga tema utama tersebut.
1. YAQIN
Yaqin itu sebagai lawan dari ragu-ragu, skeptic, Hipokrit (Munafik) dan angan angan panjang yang tak berkesudahan. Memulai sesuatu haruslah dengan rasa yaqin yang kuat, bukan yaqin pada kekuatan diri, percaya diri, rasa hebat diri, rasa unggul diri, bukan! Tetapi yaqin pada allah ta’ala .
Apa yang diyakini dari allah ta’ala dibalik perjalanan sukses ini?
1. Allah memiliki asma dan sifat-sifat agung yang senantiasa akrab dengan hamba-hambaNya, menghendaki kebajikan hamba dan tidak menginginkan hambaNya celaka. Seluruh protes-protes hambaNya kepada allah seputar takdir, fakta kehidupan, ketidak adilan, akhirnya hanya membuat “bungkam” para hamba, manakala hamba memahami Allah, dan mengenal Allah dengan sesungguhnya.
2. Allah tidak pernah menzalimi para hambaNya, dan HambaNya itulah yang menzalimi dirinya sendiri, kealpaan dan kelalaian diri, telah melemparkan para hamba untuk jauh dari pertolongan dan HidayahNya. Dan ironisnya kealpaan dan kelalaian itu dinikmati oleh para hamba sebagai bentuk kebanggaan dan arogansi hidup, tanpa ia sadari telah banyak jantung hatinya terluka, sakit dan kelak hatinya mati.
3. Allah menjadikan hambaNya yang yaqin padaNya, sebagai symbol dari ucapan, pendengaran dan langkahNya pada diri hamba itu. Dipuncak rasa yaqin (Haqqul Yaqin) segalanya, apapun selain allah tak berarti apa-apa, sehingga sang hamba menjadi merdeka dan bebas secara universal, benar-benar sebagai hambaNya, bukan hamba dunia dan budak nafsunya,
Sekarang coba renungkan, produk-produk karakter orang yang yaqin kepada Allah Ta’ala:

1. Orang yang Yaqin kepada allah ta’ala, sikap dan tindakanya, bukan untuk memenuhi hasrat dirinya, tetapi memang itulah kehendak tuhanya, sehingga rasa khawatir, takut gelisah, trauma, iri dan dengki, egoistis, sirna dari dirinya, lalu ia begitu damai bersamaNya, begitu luas tak terhingga pandanganya. Karena gelisah, takut, kawatir hanyalah produksi hawa nafsu kita, yang harus kita lawan.
2. Orang yang yaqin kepada allah ta’ala, tidak akan pernah membanggakan prestasinya, mengandalkan kinerjanya, membusungkan dadanya, karena semua itu dari allah, bersama allah, menuju kepada allah.
3. Orang yang yaqin kepada allah, seberat apapun problem yang dihadapi, seterpuruk apapun kebangkrutan yang dialami, serendah apapun ketersungkuran sosial yang dinasibi, tidak sejengkal langkahpun ia bergeser dari rahmat allah. Karena orang yang yaqin padaNya, memandang watak dan karakter dunia, sejak dunia ada sampai besok kiamat, wataknya memang problematik, dilematik dan kasuistik. Jadi bukan sesuatu yang asing baginya.
4. Orang yang yaqin kepada allah, dunia akhirat akan mengikutinya, memburu dan mengejarnya. Karena hamba yang yaqin berada dalam pusat pusaran ruhani, dalam putaran kecepatan yang tak terhingga sampai dirinya serasa diam dan mandiri bersamaNya.
5. Orang yaqin kepada allah ta’ala tidak pernah merasakan kehilangan massa depan sama sekali. Karena ia telah berada di masa depan itu sendiri secara hakiki. Masa depan itu sesungguhnya adalah allah ta’ala itu sendiri.
II. IKHLAS
Ikhlas itu pekerjaan hati, bukan matematik fikiran. Hubunganya dengan niat, bahwa apapun yang anda lakukan semuanya demi untuk allah ta’ala. Bukan demi diri sendiri, atau keluarga, atau kelompok. Karena itu orang yang tidak ikhlas dalam berjuang dan bekerja, serta dalam ubbudiyahnya, akan mendulang hal-hal yang negative berikut ini:
1. Manusia akan menjadi individualistis, egoistis dan sombong, karena aktivitas dunia dan akhiratnya, diperuntukan pada wilayah yang sia-sia, terbatas pada usia, terbatas pada daya tangkap fikirnya, terbatas pada kendali nafsunya. Kalau toh pun ia kelihatan sukses secara materi maupun politis, hanyalah sukses menjulang tanpa fondasi, dalam waktu dekat akan roboh, dan menimbun dirinya dengan reruntuhan nasibnya sendiri.
2. Aktivitas orang yang tidak ikhlas, tidak memiliki manfaat kepada orang lain, berarti juga tidak menyelamatkan dirinya. Banyak orang beralibi, “Kita dulu, keluarga kita dulu, baru orang lain kita fikirkan…” ini adalah kalimat yang muncul dari orang yang tidak ikhlas dalam berbuat. Karena ia tidak percaya kepada allah yang menjamin dirinya dan keluarganya, ketika hidupnya untuk allah melalui penyelamatan ummat.
3. Orang yang tidak ikhlas, biasanya bersifat over acting, karena over confident, atau karena keinginan berlebihan agar dipandang yang lain. Padahal sikap ini menunjukan ketidakpercayaan pada diri sendiri dan rasa kehilangan yakin pada allah. Siapapun, manusia mana pun, akan muak dengan sikap-sikap tersebut, kapan bisa sukses manusia seperti ini?
4. Aktivitas yang bukan untuk kepentingan allah, akan menyeret aktifisnya pada sikap terasing dan kesepian pada diri sendiri, lalu memunculkan sikap untuk melampiaskanya pada hal-hal negative, untuk membuang rasa sunyi dan kering yang merontangkan jiwanya.
5. Orang yang tidak ikhlas, melahirkan kepingan – kepingan buruk bagi penerusnya, karena jiwanya berbau busuk, dan setiap orang yang mengingatnya ingin membuang dirinya.
6. Tidak ada yang lebih merdeka dibanding orang yang ikhlas padaNya, karena ketidak ikhlasan berarti perbudakan kepada selain Allah Ta’ala.
Kenapa orang yang ikhlas dihantar sukses besar? Karena:
1. Orang yang ikhlas dunia akheratnya, akan membaca cahaya bagi yang lain, dan menumbuhkan kesejukan dan ketentraman pada yang lain pula. harapan dan ketentraman adalah sebuah bangunan luhur yang menjulang, kokoh dan bermartabat.
2. Orang akan jernih akal sehatnya, karena hatinya bening, bersih dari campur tangan kotoran kemakhluqan. Lalu ia bisa mengambil keputusan dengan benar, bijak, dan berdimensi manfaat kepada manusia lainya. Ia mengambil keputusan tanpa beban karena beban dan rasa berat adalah tumpukan nafsu yang menimbun, apapun alasanya.
3. sukses kaum mukhlisin tidak membuat dirinya alpa, bangga dan egois, karena ia meraih apa yang diinginkan, sesungguhnya bukan karena ikhtiarnya, tetapi karena blue print Illahi yang berjalan. Ketika ia tidak meraih apa yang diinginkan, maka keterhambatan itulah hakikat pemberian yang sesunggguhnya. Sukses dan terhambat, sama-sama dari allah, dan jiwa orang itu sudah mendahului menuju kepada allah.
4. ikhlas adalah pilar utama menata batin. Jika sukses muncul dalam kondisi batin yang tidak tertata, ia hanya menimbulkan istidraj (covernya sukses, tapi dalamnya bencana kegagalan). Seluruh konflik individu maupun social, semata karena diawalioleh tarik menarik batin ruhani yang tidak tertata, dan ujungnya sampah belaka.
5. orang-orang mukhlis senantiasa memberikan keteladanan, bukan pada sukses yang diraih, atau gagal yang menimpa. Tetapi keteladanan yang lebih luhur dibanding sukses dan gagal, yaitu kesuksesan dirinya dalam keteguhan istiqomah hatinya bersama allah. nilai-nilai allah, dan anugrah-anugrah yang memberkah kepada penerusnya.
6. orang yang ikhlas diberi usia panjang secara ruhani, ia senantiasa hidup, walau abad-abad menggulungnya. Ia sukses begitu lama dan panjang, bukan hanya di zaman duniawi, tetapi sampai zaman ukhrawi pun ia serasa hadir sebagai rahasia Illahi.
7. Apakah masih ada yang lebih sukses dibanding orang yang telah mencapai puncak “sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah”? apakah ada cerita tentang kebangkrutan duniawi dan ukhrawi orang –orang yang ikhlas seperti itu? Apakah ada yang lebih bisa menentramkan jiwa dibanding orrang –orang yang serba illahiyah batinya?
Penghambat ikhlas:
a. Melihat dan mengingat – ingat amal baik kita, bahkan kagum pada perbuatan dan ibadah kita.
b. Keinginan untuk minta balas budi, pahala dan ganjaran kepada allah ta’ala. Karena keinginan seperti itu, sebagai pertanda anda tidak yaqin kepada Allah.
c. Puas terhadap amal ibadah, padahal dibalik amal ibadah itu masih terselip tipu daya (Ghurur) yang dianggapnya prestasi ibadah.
III SYUKUR
Tidak ada rasa yang bisa meliputi sekujur tubuh kita, bahkan serasa semesta ikut menikmatinya, kecuali rasa syukur. Tetapi didunia ini, kaum bersyukur masuk golongan minoritas, sampai allah menyebutkan, “Tetapi mayoritas manusia tidak bersyukur”atau “sedikit sekali kalian bersyukur”
Filosofi syukur dibawah ini bisa menghantar anda untuk tidak punya alasan lagi, untuk tidak mengeluh lagi, untuk tidak kufur lagi, unuk tidak membuka hati lagi.
1. Syukur itu adalah wahana yang mengembangkan wadah, bagi limpahan nikmat-nikmat allah ta’ala. Semakin bertambah syukurnya, semakin luas wadah bagi limpahan nikmatNya itu. Sedangkan kufur nikmat (tidak bersyukur) berarti anda telah menutup dan menyempitkan wadah tersebut, lalu terasa sesak didada, menyiksa jantung ruhani anda, dan itulah siksaan pedihnya di dunia, apalagi kelak di akhirat.
2. syukur adalah harapan abadi yang terus menanti dihadapan anda, lalu tidak ada su’udzon kepada takdir allah, apalagi sakit hati, karena harapan telah membuka cakrawala positif tanpa henti, peluang anda terbuka dimana-mana, tak henti-hentinya anda memujiNya, tak henti-hentinya Allah melimpahkan nikmatNya. Tak terdengar lagi aduh..keluh, sesal peluh, bahkan syukur anda bisa anda rasakan tidak sebanding dengan nikmatNya.
3. Bersyukur terhadap nikmat-nikmat allah itu biasa, tetapi menjadi luar biasa kalau anda bisa bersyukur terhadap cobaan – cobaan allah. Karena kepahitan dan kegetiran baginya adalah obat untuk kesehatan orang yang mulia. Sebagaimana orang yang bersabar terhadap cobaan itu biasa, tetapi luar biasa kalau ia bisa bersabar terhadap nikmat_nikmatNya, karena bersabar pada nikmat berarti menghapus segala istidroj dan kealpaan diri.
4. Syukur itu sendiri sudah merupakan sukses besar, karena ia sudah selamat dari cobaan atas bencana ruhani, berupa pengabaian terhadap nikmat allah (kufur nikmat). Hal-hal yang tampak secara fisik, sesunggguhnya hanya akibat dari hal-hal yang bersifat batin.
5. syukur itu adalah hati yang mengembang dengan senyuman jiwa, tak habis-habisnya anda mengucapkan terima kasih kepadaNya dan memujiNya. Tapi jagalah senyuman itu dengan kesabaran, agar senyuman jiwa tidak berubah menjadi tawa yang berbahak, sampai melupakan dirimu atas nikmat itu, apalagi semakin menjauhkan dirimu dariNya.

Disadur oleh Eka Chandra
dari artikel beliau, Romo Yai
Syekh Harirr solahuddin Abdul Jalil Mustaqiem
Mursyid besar Qodiriyah, Naqsabandiyah dan Syadziliyah
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kunci Sukses Hidup
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://fadhilaizki.blogspot.com/2017/05/kunci-sukses-hidup.html . Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar :

Posting Komentar

Bismillah Semoga Berkah - Copyright of Kelembutan Ketuhanan .