Sukses Karena Melayani
Kamis, 11 September 2014
0
komentar
Di sebuah malam berguntur, tampak sepasang orang
tua yang sudah lanjut usia dan kedinginan memasuki sebuah hotel kecil di
kota Philadelphia. Keduanya berharap bisa menemukan sebuah kamar untuk
menginap. "Maaf bapak dan ibu, kamar di hotel kami penuh, sama dengan
hotel-hotel lainnya karena di kota ini sedang ada tiga konferensi
besar," jawab sang penerima tamu.
Setelah
diam sejenak, sang penerima tamu ini kembali berujar, "Tapi saya tidak
akan membiarkan bapak dan ibu kedinginan di luar pada pukul 1 pagi ini.
Maukah bapak dan ibu tidur di kamar saya? Ya, sebuah kamar kecil yang
dikhususkan bagi karyawan. Memang tidak seperti kamar hotel namun bapak
dan ibu dapat beristirahat dengan tenang di dalamnya." Semula pasangan
itu agak enggan untuk menerima tawaran ini, namun kembali sang penerima
tamu ini berkata, "Jangan khawatirkan di mana saya akan tidur. Saya
masih muda dan bisa tidur di mana saja."
Keesokan
harinya saat pasangan ini akan pergi, sang pria berujar kepada penerima
tamu yang baik hati itu, "Anda seharusnya menjadi bos hotel terhebat di
Amerika. Mungkin suatu hari nanti saya akan membangun sebuah hotel
untuk Anda." Sang penerima tamu ini hanya tersenyum dan mengucapkan
terima kasih. Dua tahun kemudian, penerima tamu ini menerima sepucuk
surat berikut sebuah tiket untuk berangkat ke kota New York. Pengirim
surat tersebut adalah pria tua tersebut. Penerima tamu ini pun
berangkat. Ia dijemput oleh sepasang orang tua yang pernah ditolongnya
itu. Mereka kemudian menuju ke sebuah perempatan jalan besar. "Itu,"
kata si pria tua sambil menunjuk ke sebuah gedung besar, "adalah sebuah
hotel yang saya bangun khusus untuk Anda kelola." "Anda pasti bergurau,"
kata sang penerima tamu. "Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata
si pria tua ini sambil tersenyum. Nama pria tua itu adalah William
Waldorf Astor dan gedung besar itu adalah Waldorf – Astoria hotel yang
pertama. Dan penerima tamu yang baik hati itu adalah George C. Boldt,
manager pertama hotel itu. Cerita di atas kerap membuat saya
"merinding". Betapa tidak, sebuah perubahan besar terjadi hanya karena
hati yang mau melayani. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Martin
Luther King, Jr, "Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua
orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk
dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk
melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa
yang digerakkan oleh kasih." Tapi, benarkah kalau sikap yang mau
melayani dapat membawa kita pada kesuksesan hidup? Suatu hari, saat
berada di sebuah bank saya membaca sebuah tulisan di meja petugas
customer service: Rule #1: If we don't take care of our customers,
someone else will. Tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya
betapa pentingnya melayani nasabah. Tanyakan kepada banyak perusahaan
besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa
bertahan di tengah maraknya persaingan bahkan terus bertumbuh. Saya
sendiri berani memastikan bahwa salah satu kunci terpenting adalah
kesediaan untuk melayani pelanggan. Tidak heran jika tema "kepuasan
pelanggan" menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini.
Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam
meraih dan mempertahankan kesuksesannya. Sebenarnya paradigma melayani
bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, seorang guru
spiritual telah mengajarkan bahkan mempraktekkan hal yang sama. Dengan
jelas Ia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi terbesar harus
mau menjadi pelayan. "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama
seperti aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani,"
katanya kepada para muridnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah
bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani?
Pertama
Pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Sang Pemberi Hidup.
Kedua
Pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup Anda akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan."
Pertama
Pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Sang Pemberi Hidup.
Kedua
Pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup Anda akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan."
Ketiga
Sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitu pun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya. Selamat melayani!
Sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitu pun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya. Selamat melayani!
Dikutip dari : http://quran-et-sains.blogspot.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Sukses Karena Melayani
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/sukses-karena-melayani.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar