Pertanyaan Malaikat.
Rabu, 10 September 2014
0
komentar
Sewaktu saya kecil ketika umur 6 tahun saat mengaji saya banyak dapat pelajaran tentang Agama dan yang paling menarik adalah tentang pertanyaan malaikat munkar nankir sang penjaga kubur. “Malaikat menanyakan kepada kita, barangsiapa yang bisa jawab maka dia dapat nikmat dan barangsiapa tidak bisa jawab akan dicambuk oleh malaikat” demikian guru mengaji saya mengingatkan dan membuat kami semua ketakutan. Saya sangat serius menghapal pertanyaan yang bakal ditanyakan malaikat kelak kalau sudah meninggal dan kunci jawabannya. Saya masih ingat pertanyaan dan jawaban yang diajarkan ketika saya mengaji waktu kecil :
Tanya : Man Rabbuka? Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.
Tanya : Man Nabiyyuka? Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku
Tanya : Ma Dinuka? Jawab : Al-Islamu dini.
Tanya : Man Imamuka? Jawab : Al-Qur’an Imami.
Tanya : Aina Qiblatuka? Jawab : Al-Ka’batu Qiblati.
Tanya : Man Ikhwanuka? Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.
Saya
sangat serius menghapalnya, pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Arab
karena saya diajarkan bahwa malaikat nanti bertanya dalam bahasa Arab.
Setelah hapal, saya benar-benar senang, akhirnya saya bisa jawab
pertanyaan-pertanyaan malaikat nanti, Alhamdulillah.
Waktu
berlalu, sejak kelas 4 SD, saya selalu shalat berjamaah di mesjid, saya
masih ingat, di mesjid tersebut tiap selesai shalat magrib selalu ada
ceramah sampai shalat Isya. Mulai senin sampai minggu, dengan materi
yang berbeda-beda. Malam favorit saya adalah sabtu, karena malam itu ada
kisah para Nabi, sahabat dan orang-orang shaleh. Dari ceramah yang saya
dengar, ternyata untuk menjawab pertanyaan malaikat tidak cukup dengan
menghapal karena nanti di alam kubur, mulut tidak lagi bisa berbicara,
yang menjawabnya adalah amal perbuatan kita. Setelah mendengar
penjelasan dari penceramah tersebut, saya tambah rajin beribadah sampai
dengan remaja.
Saya
berkesimpulan kalau memang yang menjawab nanti adalah amal perbuatan,
berarti kita tidak perlu menghapal seperti yang saya lakukan ketika umur
6 tahun, fokus kepada menjaga shalat, puasa dan berbhakti kepada orang
tua, berbuat baik kepada sesama pasti nanti kita bisa jawab pertanyaan
malaikat.
Saya
yakin anda juga mengalami pengalaman yang serupa dengan saya, awalnya
kita menghapal sampai kemudian timbul kesadaran lain kerena informasi
yang kita terima berbeda. Ketika saya menekuni tarekat maka pemahaman
saya pun berubah, barulah saya bisa menemukan ilmiah nya, bagaimana amal
perbuatan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Guru saya cerita begini, “Yang
kembali kepada Allah itu bukan jasmani tapi rohani makanya rohani
manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah selagi masih hidup di
dunia”.
“Kecerdasan
akal fikiran tidak bisa diandalkan ketika berada di alam kubur,
jangankan di alam kubur, ketika tidur saja manusia tidak sadar sama
sekali, anak SD dengan professor ketika tidur sama-sama bodoh, kalau
kita tanyakan sebuah pertanyaan pasti tidak bisa dijawab, konon lagi
sesudah mati” Begitu Guru saya menjelaskan. Penjelasan itu menjadi
bahan renungan saya, bahwa antara jasmani dan rohani itu benar-benar
beda, pelajaran agama yang begitu banyak saya dapatkan sejak umur 6
tahun ternyata hanya menyentuh jasmana saja, tidak kepada rohani.
Guru saya melanjutkan, “Jasmani
diajarkan oleh jamasni, diajarkan oleh Guru jasmani, itulah fungsi Guru
agama atau ustad, mereka mengajarkan ummat tentang Islam kepada jasmani
manusia, sedangkan untuk mengajarkan rohani kita tidak bisa dengan
jasmani tapi harus dengan rohani, dalam hal ini rohani sekalian manusia
diajarkan oleh arwahul muqadasah Rasulullah SAW yang berada dalam diri
Guru Mursyid yang Kamil Mukamil Khalis Muhklisin”.
Setelah
manusia diajarkan tentang pelajaran Agama Islam, maka menjadi Islam lah
manusia tersebut akan tetapi rohani nya masih belum karena rohani dan
jasmani itu berbeda. Pelajaran agama di sekolah, pasantren atau
universitas Islam hanya bisa menyentuh jasmani manusia, ilmu agamanya
tersimpan di otak dan ketika manusia meninggal dunia segala hapalan itu
hilang, lenyap tanpa bekas sedikitpun.
Satu-satu
nya sekolah dimuka bumi yang mengajarkan rohani manusia agar bisa
berkomunikasi dengan Allah hanya Tarekat! Dibawah bimbingan Guru Mursyid
yang sudah mendapat ijzah dari Rasulullah lewat jalur keguruan
(silsilah), maka para murid di tarekat benar-benar bisa mencapai tahap
makrifatullah.
Ketika
rohani telah diajarkan tentang Islam, maka segala hal yang dianggap
gaib oleh jasmani akan menjadi nyata bagi rohani kita. Allah, Malaikat,
Nabi/Rasul merupakan gaib bagi jasmani akan tetapi akan menjadi nyata
bagi rohani ketika rohani tersebut berada pada dimensi yang sama dengan
sosok yang mau dijumpai.
Bagi
orang yang masih hidup di dunia ini, siksa kubur adalah gaib atau
abstrak, sedangkan bagi orang yang sudah meninggal dunia hal itu menjadi
nyata atau konkrit. Bagi orang di alam kubur, dunia menjadi gaib atau
abstrak bagi mereka sementara bagi kita yang masih hidup di dunia ini
akan menjadi nyata atau konkrit. Allah pun sama, bagi orang yang belum
diajarkan rohaninya, matahati nya masih buta maka Allah menjadi gaib,
akan tetapi bagi yang sudah diajarkan rohani nya maka Alla menjadi
nyata.
Banyak
orang meyakini bahwa manusia hanya bisa berjumpa dengan Allah ketika
manusia telah meninggal dunia dan berada di akhirat maka tidak heran
kalau kita bicarakan tentang jumpa dengan Allah kebanyakan yang
terbayang adalah kehidupan sesudah mati. Orang lupa akan pesan
Rasulullah, “Mutu Qabla Anta Mutu” matikanlah dirimu sebelum
engkau mati. Kapan kita mengalami kematian sebelum kematian, apanya yang
mati? Bararti setelah kita mengalami “Mati sebelum Mati” di dunia ini maka kita akan berjumpa dengan Yang Maha Hidup.
Kembali
kepada judul tulisan tentang pertanyaan malaikat, lebih menarik lagi
untuk dibahas apakah semua orang ditanyakan oleh malaikat? Ataukah orang
yang “terindikasi” berbahaya dan ada “tanda-tanda” tertentu saja yang
ditanyakan. Seperti orang masuk kedalam Bandara, yang diperiksa oleh
petugas bandara adalah orang yang ketika melewati pintu x-ray, alarm
berbunyi, menandakan ada yang aneh dari orang yang lewat patut
diperiksa. Dalam pandangan saya, malaikat itu jauh lebih cerdas dan
lebih canggih dari petugas bandara.
Tulisan
ini hanya sebuah pemikiran sebagai bahan bacaan menjelang berbuka
puasa. Saya ucapkan selamat berbuka puasa dan saya berdoa semoga seluruh
yang membaca tulisan ini menjadi orang yang dekat dengan Allah mencapai
tahap Makrifatullah, mengenal Allah sebagaimana Dia ingin dikenal,
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin!
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Pertanyaan Malaikat.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
http://fadhilaizki.blogspot.com/2014/09/pertanyaan-malaikat.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar